Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengitari Kota Lama di Semarang

Taman Sribunting yang berada tepat di sebelah Gereja Blenduk, Kota Lama Semarang/ Akar-akar























Berkunjung ke Kota Semarang, saya dan teman-teman penasaran dengan kawasan yang dijuluki 'Kota Lama'. Kawasan ini menyimpan banyak sejarah yang erat kaitannya dengan masa pemerintahan kolonial Belanda. Kalau di Jakarta punya 'Kota Tua' maka di Kota Semarang, Kota Lama inilah yang dipenuhi oleh bangunan-bangunan kokoh peninggalan Belanda.

Konon, Kota Lama merupakan distrik perkantoran yang dibangun Pemerintah Kolonial Belanda untuk menjalankan roda perdagangan. Untuk itu, infrastruktur jalan penghubung ke Kota ini banyak dibangun seperti halnya stasiun tawang. Stasiun yang beralamat di Jl Taman Tawang  No 1 Semarang ini, adalah stasiun induk di Kota Semarang yang dikenal sebagai stasiun kereta api besar tertua di Indonesia.

Didampingi teman yang juga berprofesi sebagai jurnalis ini, kami menyusuri Kota Lama menggunakan sebuah mobil. Ada banyak bangunan tua yang unik dan kokoh tertancap apik di kawasan ini. Tapi jujur entah karena malam hari, bangunan-bangunan ini terlihat gelap pekat dan angker. Meski banyak warga yang lalu lalang, tapi kawasan ini sepertinya tak begitu banyak pengunjung ketika malam.

Salah seorang teman meminta supir untuk memberhentikan mobil di Danau Polder Tawang, yang berlokasi tepat di seberang stasiun tawang. Konon katanya, danau ini dulunya adalah lapangan bola yang dikeruk, untuk dijadikan sebagai pusat pembuangan air. Kawasan Kota Lama memang berada di dataran yang sangat rendah sehingga dengan mudah terkena banjir. Maka untuk menghindarinya, air yang meluap akan ditampung di Danau Polder ini yang kemudian dialirkan ke laut.

Uniknya ketika kami menyusuri bibir danau yang telah dibeton ini, ada beberapa warga yang duduk santai dan memegang kail pancing di sana. Memperhatikan mereka cukup lama, akhirnya salah satunya pun terlihat mendapatkan ikan. Ini pertanda bahwa di danau ini memang banyak dihuni oleh ikan-ikan.

Jujur awalnya saya berpikir entah datang dari mana ikan-ikan itu, mengingat tak ada saluran air yang memungkinkan ikan masuk ke danau ini melalui laut ataupun sungai. Setelah bertanya dan bertanya, ikan-ikan itu ternyata berasal dari bibit yang ditabur oleh pemerintah daerah. Entah ada tujuan khusus atau tidak, tapi setidaknya asal-usul ikan-ikan itu kini sudah terjawab.

Namun ada satu informasi di luar dugaan yang kami dapat soal danau Polder Tawang ini. Selain dikenal sebagai danau yang angker, area ini ternyata dimanfaatkan oleh segelintir orang untuk melakukan praktik prostitusi. Prostitusi kelas bawah ini katanya, dilakukan dengan memanfaatkan gedung-gedung tidak fungsi (kosong) di area Danau. Jujur kami tidak menyaksikan langsung adanya praktik tersebut, tapi cerita ini cukup masuk akal mengingat lokasi tersebut memang terlihat tak begitu ramai ketika malam.

Toko barang antik di Kota Lama Semarang/ Akar-akar

Perjalanan selanjutnya kami putuskan untuk singgah di Taman Sribunting di Jl Letjend Suprapto Kota Lama Semarang. Sebelum sampai di taman tersebut, kami melewati beberapa bangunan tua, megah, dan besar. Salah satu bangunan yang saya ingat adalah Gedung Marabunta. Konon, gedung tersebut dulunya adalah milik seorang juragan gula, yang juga merupakan orang palin kaya se-Asia Tenggara. Di tempat inilah orang-orang Belanda pada zamannya kerap berkumpul dan berpesta.

Setelah sampai di Taman Sribunting kami mulai merasakan adanya lampu terang dan keramaian. Ya.., ada banyak pemuda dan pemudi yang bersantai di taman ini. Taman ini bersebelahan dengan Gereja Protestan Indonesia Barat atau GPIB Immanuel, yang juga dikenal akrab dengan sebutan Gereja Blenduk. Gereja ini adalah gereja tertua di Jawa Tengah, peninggalan Belanda yang dibangun Tahun 1753.

Ada banyak pengunjung taman yang ber-selfie ria. Sebagian di antara mereka ada yang backround keindahan pohon dan bunga di taman, backround Gereja Blenduk, dan ada yang sengaja berfoto di toko barang antik. Penasaran dengan toko-toko tersebut, kami pun datang dan menyisiri beberapa barang antik di sana. Para pengunjung toko yang tak berniat membeli barang, diperbolehkan ber-selfie atau hanya sekadar mengambil foto barang-barang antik ini. Untuk berfoto di sana, Anda hanya perlu memasukkan uang seikhlasnya di dalam kotak yang telah disediakan pemilik toko.

Penjual barang antik di Taman Sribunting ini memang tak banyak Jumlahnya. Tapi barag-barang yang dijual memang cukup unik, antik dan menarik. Ada uang benggol, telepon Jadul (Jaman Dulu), radio antik, kamera antik dan lain-lain. Jika Anda adalah kolektor barang antik, saya sarankan untuk menjajahi tempat ini ketika sedang berada di Semarang.

-----
Tulisan di atas hanya sepercik informasi seputar Kota Lama yang berhasil dihimpun dalam waktu sekejab sob, terimakasih dan sampai bertemu lagi di edisi berikutnya.



Salam,
Akar-akar



Klik Juga:
Pulau Sombori si "Duplikat Raja Ampat"
Konohagakure-nya Indonesia
Plecing Kangkung 'I'm Come Back'


Posting Komentar untuk "Mengitari Kota Lama di Semarang"