Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Berlibur ke Pantai Aie Manih 'Malin Kundang'

Pantai Aie Manih/ Akar-akar
















Beberapa bulan lalu saya dan beberapa teman berkunjung ke Kota Padang untuk sebuah pekerjaan. Di sela aktivitas di sana kami pun mencuri-curi waktu untuk berkunjung ke destinasi wisata favorit Kota Padang. Apalagi kalau bukan Pantai Aie Manih (Air Manis), sebuah pantai yang menjadi pusat legenda ‘Malin Kundang’.

Pantai Aie Manih terletak di Kelurahan Aie Manih, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat. Dari pusat Kota Padang ke lokasi ini hanya membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit. Aksesnya pun sangat mudah dilalui, karena sepanjang perjalanan telah diaspal licin dan mulus. Tapi hati-hati, karena lebar badan jalan tidak terlalu luas, cukup dipenuhi tikungan tajam  yang menanjak dan menurun.

Pengunjung di Pantai Aie Manih ketika kami berwisata ke sana lumayan ramai, tapi masih didominasi oleh wisata lokal (luar kota). Seingat saya, tidak ada wisatawan asing (bule) sama sekali ketika itu, entah memang kebetulan sedang tidak ada, atau memang bule-bule belum tertarik berkunjung ke pantai ini. Atau mungkin, tempat ini belum seterkenal destinasi wisata Indonesia lainnya seperti Pantai Kute Bali atau Gili Trawangan Lombok? Entahlah.., tapi yang saya tahu, Pantai Aie Manih cukup terkenal dengan legenda Malin Kundang-nya.

Pengunjung yang datang ke pantai ini biasanya langsung menjuru ke batu Malin Kundang, kemudian langsung berfoto ria. Saat mendekati batu Malin Kundang, maka siap-siap Anda akan didekati oleh bapak-bapak fotografer yang menawarkan jasa foto langsung jadi (print out). Saya lupa berapa tarifnya, tapi kurang lebih sekitar Rp15-25 ribu per lembar foto.

Cerita Malin Kundang sendiri, adalah sebuah legenda Padang yang menceritakan kisah seorang anak durhaka yang dikutuk menjadi batu oleh ibunya. Konon, Malin Kundang adalah seorang anak yang hidup miskin bersama ibunya. Demi mencari kehidupan yang lebih layak, Malin Kundang akhirnya memutuskan untuk pergi merantau untuk mencari sebuah pekerjaan. Hingga akhirnya ia menikah dengan putri saudagar kaya dan hidup bergelimang harta.

Singkat cerita, suatu ketika Malin Kundang berlayar menggunakan kapal mewah ke kampung halaman bersama isteri. Di sana, ibu Malin Kundang berteriak bahagia dan memanggilnya ‘nak’. Tapi karena malu, ia pun tak mengakui jika ibu miskin tersebut adalah ibunya. Merasa sakit hati dengan sikap anaknya tersebt, ibu Malin Kundang pun mengutuknya menjadi batu. Konon, batu berwujud laki-laki bersujud dan bongkahan-bongkahan kapal di Pantai Aie Manih tersebut adalah Malin Kundang dan kapalnya yang telah dikutuk. Fakta atau tidaknya legenda tersebut, yang jelas pantai ini menjadi terkenal karena legenda Malin Kundang.

Pasir Pantai Aie Manih memang tak berwarna putih yang biasanya menjadi favorit wisatawan. Pasir pantai cenderung berwarna kecokelatan yang siap tersapu ombak pantai yang indah. Meskipun begitu, pantai ini tetap top.

Di sana kami sempat berkeliling di sepanjang bibir pantai menggunakan motor ATV (motor roda 4). Ada banyak motor ATV yang bisa Anda sewa di pantai ini. Sambil mengendarai motor ATV saya melihat ada banyak gazebo yang digunakan pengunjung untuk bersantai dan makan. Ada juga yang sibuk memilih oleh-oleh untuk dibawa pulang, setelah menikmati seruputan es kelapa muda di bibir pantai. Tapi jelas,, yang paling banyak terlihat adalah mereka-mereka yang tengah asik ber-selfie. YYAapppp, ber-selfie..




Salam,
Akar-akar


Klik juga:

Posting Komentar untuk "Berlibur ke Pantai Aie Manih 'Malin Kundang'"