Adu Kebut Kebo Sumbawa

Anak-anak usai menjadi Joki barapan Kebo/Wening

Putra Samudera. Begitu nama yang disematkan kepada sepasang kebo (kerbau) milik Masnah yang tengah dilatih barapan oleh seorang joki, Rabu (12/9/2018). Nama pasangan kebo yang biasa berlaga di Desa Olatrawa, Kecamatan Moyohilir, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat ini memang tak sedikit yang unik, lucu, dan aneh.

“Ada yang namanya gesek janda. Nggak tau juga kenapa namanya gesek janda,” ujar Masnah tertawa.

Masnah sudah terbiasa membawa pasangan kebo miliknya untuk berlaga di medan Barapan Kebo. Baru saja pasangan kebo miliknya mendapatkan juara 1 pada sebuah ajang barapan kebo. Hadiah yang diperoleh cukup menarik, sepeda motor. Lebih menarik lagi, saat itu juga pasangan kebo miliknya dipinang seorang pembeli hingga terjual dengan harga Rp 100 juta.

Seorang joki melatih barapan kebo/Wening

Barapan kebo adalah sebuah pertandingan yang menjadi budaya khas Kabupaten Sumbawa. Dalam pertandingan ini, sepasang kerbau disatukan oleh kayu yang diikat menempel dipundak kedua kerbau. Agar berlari kencang dan sesuai jalur, sepasang kerbau dalam barapan kebo dipandu oleh seorang joki yang berdiri di antara keduanya.

Barapan kebo adalah tradisi masyarakat agraris Sumbawa. Layaknya di persawahan, barapan kebo dilakukan di tanah basah penuh lumpur. Konon ceritanya, tradisi barapan kebo muncul berawal dari kegiatan membajak sawah yang dilakukan para petani agar tanah yang cenderung berstruktur liat dapat ditanami dengan baik.

Sawah yang disulap menjadi area latihan barapan kebo/akar-akar

Kebo yang akan berlaga di ajang barapan kebo tak sembarang berlaga. Para kebo ini rutin dilatih setiap minggunya. Di Desa Olatrawa ini misalnya, komunitas pemilik kebo barapan di desa ini rela iuran untuk menyewa sepetak lahan sawah warga untuk dijadikan tempat kebo latihan. Mereka bahkan rela menyulap sawah kering menjadi lahan berlumpur sebelum latihan dimulai.

Masyarakat di Desa Olatrawa sangat konsisten menjaga dan melestarikan tradisi lokal ini. Tak ingin tradisi tersebut hilang, mereka pun menularkan tradisi barapan kuda kepada pemuda bahakan anak-anak. Saat latihan, tak sedikit anak laki-laki di desa ini turut menjadi joki barapan kuda.

Berbagi :