Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tradisi Mengunyah Pinang Ala Papua

Tradisi mengunyah pinang masyarakat Papua/https://indonesiakaya.com

Potret mengunyah pinang atau yang juga dikenal menginang di Papua adalah hal yang biasa. Tak hanya di kalangan orang tua, anak muda yang menginang pun tak sulit ditemui. Maka jangan heran jika melihat warga di Papua bermulut merah sambil mengunyah, ini tandanya mereka sedang menginang.

Berbeda dengan bahan-bahan menginang di kawasan Sumatera dan Jawa yang umumnya terdiri dari pinang, daun sirih, gambir, tembakau, kapur, dan cengkih, menginang di Papua hanya berbahan pinang muda mentah, buah sirih, dan kapur. 

Saat kami berkunjung di Kampung Malaumkarta, Distrik Makbon, Kabupaten Sorong, Papua Barat beberapa waktu lalu, bahan-bahan menginang sangat mudah didapat. Mulai dari warung tradisional, rumah ke rumah, hingga pondok-pondok kecil di pinggir jalan pun banyak yang menjual paket bahan menginang. Harganya pun relatif murah. Untuk satu piring paket bahan menginang rata-rata dijual dengan harga Rp10.000.

"(Menginang) Sudah menjadi makanan sehari-hari masyarakat Sorong, setiap saat," ujar seorang penjual paket menginang di Distrik Makbon.

Paket bahan menginang Ala Kota Sorong Papua/ Akartunggang

Menurutnya, selain sebagai pencuci mulut dan penguat gigi, tradisi menginang memberikan sensasi tersendiri. Rasa manis keasaman saat menginang seolah mampu menggantikan sensasi merokok. Tak heran jika bahan-bahan menginang kerap disuguhkan pada berbagai kegiatan keramaian seperti acara pernikahan.

Proses menginang diawali dengan mengupas buah pinang muda mengunakan gigi dilanjutkan mengunyah isi buah hingga hancur. Ada yang mengatakan kulit buah pinang yang dikupas sebaiknya ikut dikunyah bersamaan isi buah untuk membuat kesat daging saat dikunyah sekaligus untuk mengurangi rasa pahit pada buah. Konon, meludahkan kunyahan pertama hingga ketiga saat mengunyah daging pinang ini wajib dilakukan untuk mengurangi risiko pusing dan muntah. Setelah itu batang sirih dicelupkan pada bubuk kapur (yang merupakan olahan dari cangkang kerang) dan dikunyah bersamaan dengan pinang.

Kunyahan ini akan menghasilkan cairan berwarna merah yang biasanya diludahkan ke tanah. Sehingga jangan heran jika melihat ada banyak bercak merah di tanah, karena besar kemungkinan itu adalah cairan yang diludahkan warga saat menginang.


***Akartunggang.com

Posting Komentar untuk " Tradisi Mengunyah Pinang Ala Papua"