Konsep Bertahan dalam Organisasi
Ilustrasi/NET |
Organisasi
dalam kamus Bahasa Indonesia, diartikan sebagai kelompok kerja sama antara
orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama. Organisasi adalah
sekumpulan kelompok yang terstruktur secara sistematis. Memiliki badan
kepengurusan dan anggota, serta-aturan-aturan organisasi yang telah disepakati
oleh masing-masing organisasi.
Tidak semua
orang bisa bertahan lama dan mengabdi pada organisasi. Budaya sistem gugur
tidak lagi menjadi hal yang tabu dalam konsep keanggotaan. Organisasi mahasiswa
misalnya, anggota akan bertambah banyak saat perekrutan anggota. Tapi seiring
berjalannya waktu, jumlah anggota yang besar ini akan berkurang secara alami
tahap demi tahap.
Masalah ini
akan menjadi lumrah karna memang tidak semua orang bisa bertahan dalam kultur
dan struktur organisasi. Jangankan anggota baru yang pada awalnya hanya
ikut-ikutan. Anggota lama yang telah tertanam loyalitas dan rasa memiliki yang
tinggi pun terancam gugur dalam atmosfir ini.
Seleksi Alam
Kata
seleksi alam kerap terlontar untuk menggambarkan gugurnya satu per satu anggota
organisasi. Masing-masing mereka yang memilih menyingkir dari lingkaran,
memiliki alas an masing-masing untuk tidak bertahan. Berikut beberapa faktor
yang melatarbelakangi seseorang memilih fakum dari organisasi, di antaranya:
1. Tidak
nyaman; Ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang tidak nyaman bergabung
dalam sebuah organisasi. Mayoritas, rasa tidak nyaman tersebut lebih difaktori
oleh kedekatan emosional antar anggota yang belum terbangun dengan baik.
2. Terlibat unsur kekecewaan; Kecewa terhadap
oknum, kebijakan pimpinan dan kebijakan organisasi, tidak jarang menyebabkan
seseorang untuk keluar dari lingkaran. Karna perbedaan cara pandang adalah
sebuah hal yang sulit disatukan. Terlebih jika yang bertentangan bersikeras
mempertahankan argumennya masing-masing. Sebenarnya hal ini bisa diselesaikan
jika masing-masing anggota memiliki kedewasaan organisasi yang tinggi. Namun
kedewasaan dalam berorganisasi adalah karakter alami yang membutuhkan proses
panjang yang harus dilalui masing-masing anggota.
3. Tidak
mendapatkan feedback; Dalam melakukan
sesuatu, seseorang juga harus mempertimbangkan timbal balik apa yang akan dia
dapat. Feedback dalam hal ini tidak
harus berupa materi, jabatan atau yang lainnya. Feedback bagi setiap anggota dalam hal ini bersifat relatif. Bisa
saja feedback yang dimaksud dalam hal
ini seperti halnya pengetahuan, ilmu, teman dan lain sebagainya. Jika seseorang
merasa tidak mendapatkan feedback apa-apa
saat bergabung dalam sebuah organisasi, lebih baik mundur dan mencari wadah
yang lain.
4. Konflik; Seseorang
akan merasa muak ketika harus terlibat dalam sebuah konflik. Konflik di sini
kerap terjadi atas kepentingan politik masing-masing anggota. Baik dipengaruhi
oleh kondisi internal maupun eksternal. Ada dua hal seseorang mundur dari
oerganisasi akibat konflik. Pertama,kalah
saing dengan rifal konflik, kedua memilih
tidak terlibat sama sekali karna muak atas semua kepentingan rekan-rekannya.
5. Apatis; Tidak
sedikit seseorang bergabung dalam sebuah sebuah organisasi hanya sekedar
ikut-ikutan. Seseorang yang pada dasarnya tidak memiliki jiwa keorganisasian,
akan dengan mundur teratur dengan sendirinya. Sebab, organisasi baginya, bukan
sebuah dunia yang sesuai dengan karakter dan kepribadiannya.
Secara
persentase, anggota yang mundur teratur biasanya lebih mayoritas jumlahnya
dibandingkan yang bertahan. Anggota-anggota yang bertahan ini pun juga memiliki
berbagai alasan yang melatarbelakanginya untuk tetap aktif di sebuah
organisasi. Berikut beberapa alas an yang melatarbelakangi seseorang bertahan
dalam sebuah organisasi:
1. Kekeluargaan;
Faktor terbesar yang menyebabkan seseorang bertahan dalam sebuah organisasi
adalah factor kekeluargaan. Bergabung dan aktif dalam sebuah organisasi, akan
menumbuhkan rasa kekeluargaan baru yang tinggi. Faktor kebersamaan inilah yang
menimbulkan rasa nyaman, sehingga terdorong untuk bertahan.
2. Kepentingan;
Seseorang yang memiliki tujuan tertentu, akan melanjutkan visinya ketika
oganisasi tersebut dapat menjadi pendukung misinya. Selama tujuannya selaras
dan sejalan dengan organisasi, dia akan terus bertahan.
3. Tanggungjawab;
Tanggungjawab dalam hal ini bisa berupa tanggungjawab moral dan structural.
Tanggungjawab moral dalam hal ini, timbul dari dalam diri masing-masing
individu yang merasa bertanggungjawab untuk membesarkan organisasi. Seseorang
yang telah berhasil dalam organisasi, biasanya tertanam loyalitas yang tinggi
terhadap anggota dan organisasi. Sedangkan tanggungjawab secara structural,
adalah tanggungjawab organisasi yang telah menempatkannya ada posisi-posisi
tertentu secara structural. Bagi anggota yang memiliki rasa tanggungjawab yang
tinggi, tidak akan meninggalkan amanat yag sudah diberikan.
Seseorang
yang bertahan dan memilih untuk meninggalkan organisasi yang telah mewadahinya,
tentu memiliki alasan masing-masing. Pada dasarnya, semuanya bisa disikapi
dengan kedewasaan. Kedewasaan yang dimaksud tentunya, adalah kedewasaan dalam
berorganisasi. Karna masing-masing individu, memiliki pribadi, sikap, karakter
dan prinsip yang berbeda.
Salam sharing; Novriana
Dewi
Posting Komentar untuk "Konsep Bertahan dalam Organisasi"