Musik Krinok Jambi
Dari
Nasional hingga Mendunia
Latihan Musik Krinok di TBJ (Fotografer: Rino/Harian Jambi) |
Musik krinok asal Jambi adalah salah satu dari sekian banyak warisan budaya
Jambi, yang telah ditetapkan secara nasional. Saat ini, musik krinok tengah
melaju menuju pengakuan dunia.
Musik krinok telah ditetapkan menjadi salah satu warisan budaya tak benda
Indonesia, yang telah menjadi ketetapan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud), 16 November 2013. Musik ini pun tergabung dalam 70 warisan
kebudayaan di Indonesia. Tak sampai di situ, musik krinok pun akan melaju ke UNESCO,
untuk mendapatkan pengakuan dunia.
“Musik krinok telah tergabung di dalam 70 warisan kebudayaan Indonesia. Ketetapan ini
diberikan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, di bawah Dirjen
Kebudayaan Republik Indonesia, dan ini akan kembali di ajukan ke UNESCO untuk
mendapatkan pengakuan dunia,” ungkap Sri Purnama Syam, Kepala Taman Budaya Jambi.
Butuh perjuangan dan proses panjang, untuk mendapatkan pengakuan nasional,
bahwa musik krinok adalah peninggalan budaya tak benda Provinsi Jambi. Menyusul
pengakuan musik krinok secara nasional, budaya dan tradisi Jambi lainnya pun,
akan diajukan ke Kemendikbud, untuk mendapat pengakuan secara nasional. Dalam
hal ini, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi dengan Taman Budaya
Jambi, terus bekerjasama untuk mematenkan kebudayaan dan tradisi Jmabi lainnya.
“Kita akan kembali mengajukan ke Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, sehingga kebudayaan
Jambi kembali mendapatkan pengakuan Nasional. Tidak menutup
kemungkinan kedepannya, akan diakui di tingkat dunia. Dan itu memang harapan kita,” ungkap Sri.
Musik krinok berasal
dari Kabupaten
Bungo Provinsi Jambi, yang kerap dimainkan oleh Suku Batin. Seiring
berkembangnya zaman, musik krinok pun mulai dikenal oleh masyarakat luas.
Sehingga, beberapa pihak sepakat untuk melestarikan dan mengembangkan kesenian
tersebut.
Ada Sebelum
Indonesia Merdeka
Junaidi T Noor, budayawan Jambi mengatakan, bahwa musik krinok sebenarnya,
telah ada sebelum Negara Indonesia merdeka. Musik ini awalnya hanya dikenal oleh
masyarakat pedalaman di hutan. Saat mereka butuh suasana yang ramai, masyarakat
di hutan tersebut berteriak dan mengaung seolah bernyanyi. Raungan tersebut dinyanyikan
tanpa lirik dan musik, melainkan hanya menggunakan suara dari mulut saja.
“Musik krinok itu tidak
menggunakan peralatan musik. Hanya mengandalkan pita suaranya yang
bisa menghasilkan sebuah irama yang enak didengar. Oleh karena itu, untuk
memainkan musik krinok bukanlah hal yang mudah. Tidak semua orang
bisa memainkanya. Tetapi orang yang benar-benar memiliki pita suara yang
bagus, maka dia akan mendapatkan hasil irama yang bagus pula. Sehingga suaranya
bisa didengarkan dengan alunan lagu yang sangat indah,”
ungkapnya.
Musik krinok masih
mempunyai nilai budaya yang sangat sakral. Zaman dulu, memainkan musik krinok tidak
dilakukan di sembarang tempat. Karena, musik krinok saat itu masih bersifat religius.
“Nenek moyang
kita terdahulu sangat menghormati kesenian krinok. Tetapi dengan
perkembangan zaman, hal inipun mulai disingkirkan, dan
keseniannya pun mulai
dikembangkan dengan cara penggabunga alat musik. Sehingga kesenian krinok dapat
dinikmati oleh masyarakat luas,” ujarnya.
Perkembangan musik tradisional krinok di Jambi, secara signifikan belum
mengalami perubahan. Meski demikian, upaya yang dilakukan tidak pernah berhenti. Salah satunya adalah
banyaknya sanggar-sanggar musik tradisional yang berdiri, dan turut
mengembangkan musik krinok.
“Yang menjadi
faktor sehingga perkembanganya belum begitu meningkat, karena masih banyaknya, masyarakat Jambi yang
belum pernah tahu apa itu
musik krinok dan kurang
memahaminya. Apalagi generasi muda sekrang ini, yang telah banyak terpengaruh
dengan lagu-lagu barat. Sehingga lagu tradisi kita sendiri
terlupakan,” ujarnya.
Disinilah peran pemerintah sangat dibutuhkan. Junaidi mengatakan,
pemerintah harus lebih aktif untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat Jambi,
atas warisan budaya nenek moyang, termasuk krinok.
“Ke depannya, agar kebudayaan dan
kesenian Jambi dapat dikembangkan oleh para generasi muda, dengan cara mengkonsep
kesenian Jambi yang baru. Tetapi tidak dengan menghilangkan citra dan nilai tradisi yang terkandung
di dalam
kesenian tersebut,” ujar
Junaidi.
Terkait musik krinok yang telah dipatenkan secara nasional, sebagai
budayawan Jambi ia mengaku senang. Ia mengapresiasi atas kerja keras instansi
terkait yang telah memeperjuangkan hal tersebut. Karena menurutnya, hal
tersebut sudah sejak lama ia tunggu. Begitu juga dengan seniman-seniman
lainnya.
“Ini adalah salah satu
langkah yang tepat, untuk bisa
memperkenalkan kepada masyarakat luas, terhadap potensi
wisata, kebudayaan dan kesenian yang dimiliki oleh Jambi. Dan prestasi seperi
ini harusnya dipertahankan dan dikembangkan. Sehigga ke depan, masih ada
kebudayaan kita mendapatkan pengakuan nasional,” ungkapnya.
Salah satu sanggar musik tradisional krinok adalah sanggar Pinang Selayang. Sanggar
ini didirikan oleh
seniman senior, Zulkarnain. Zulkarnain
saat ini juga menjabat sebagai Kepala Bidang Kebudayaan Kabupaten Muarojambi.
Menurutnya, musik krinok di Jambi lambat laun telah mengalami peningkatan.
Meski belum sepenuhnya mengetahui, namun jumlah pecinta musik krinok telah
mengalami peningkatan. Hal tersebut tidak lepas dari usaha para seniman krinok,
yang mencoba mensosialisasikan musik tersebut melalui media masa, maupun tampil
pada pementasan tertentu.
“Perkembangan
musik tradisional krinok di Jambi,
dari tahun ketahun sudah mulai mengalami perubahan, dan sudah
banyak yang mengetahui tentang musik tradisional krinok ini. Upaya yang dilakukan, khususnya
Sanggar Selayang Pinang udah cukup baik. Baik dilakukan dengan ikut tampil di salah satu
media elektronik di Jambi, juga
acara-acara kegiatan di pemerintahan. Karena meman sering
diundang untuk menampilkan musik kesenian krinok . Selain itu, mengharapkan kepada
pemerintah juga bisa mensosialisasikan kepada sekolah-sekolah tentang musik
krinok,” ujarnya.
Gambus dan Krinok
Banyak yang mengatakan bahwa musik krinok sama dengan gambus. Padahal, musik
krinok dan gambus sudah jelas perbedaannya. Menurut Pria yang biasa disebut Zul
Gambus ini mengatakan, meski hampir sama, namun menyanyikan krinok jauh lebih
sulit dibandingkan gambus.
“Memang hampir sama, yang membedakanya adalah dari lantunan suara bagi pelaku krinok. Karena tidak semua
orang bisa melantunkan lagu musik krinok ini. Sekarang musik krinok telah
didukung dengan peralatan musik yang cukup lengkap seperti
gendang, kelintang,
gong dan ditambah dengan biola. Sehingga musiknya lebih menarik dan
indah untuk didengar. Kalau jumlah personel pelaku musik krinok
sebanyak lima orang,” ujarnya.
Ciri khas dari musik krinok terletak pada pita suara atau vokal seseorang
yang melengking. Karena pada awalnya, musik krinok ini di nyanyikan
dengan menggunakan suara. Sedangkan peralatan
musik krinok saat ini, hanya menjadi salah
satu pendukung saja.
“Karena juga
dituntut dengan perkembangan zaman, sehingga ada daya tarik para masyarakat untuk
mendengar musik tradisi krinok,” ujarnya.
Zul Gambus sebagai pelaku musik krinok ini, juga mengaku sangat
senang, dengan prestasi yang mampu diraih
oleh musik krinok. Hal tersebut tentunya, akan menjadi pemacu semangat seniman
Jambi, untuk terus mengembangkan budaya Jambi, agar kesenian lainnya juga dapat
meraih prestasi yang sama.
“Harapannya, agar semua seniman
Jambi bisa bekerjasama
dalam pengembangan kebudayaan dan kesenian Jambi. Tentunya dengan
tidak melupakan peran dari pemerintah daerah, untuk selalu mendukung setiap
kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh para seniman, khususnya para seniman tradisi. Karena majunya salah
satu sektor untuk menuju masyarakat dan daerah yang berkembang, adalah pelestarian
kebudayaan,” ujarnya.
(Sumber: Terbit di Harian Jambi pada 21 Desember 2013, Edisi Pagi)
Posting Komentar untuk "Musik Krinok Jambi"